Imam Hafsh
Sekilas Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Hafsh bin Sulaiman bin al-Mughirah, Abu Umar
bin Abi Dawud, al-Asadi al-Kufi, al-Ghadiri, al-Bazaz. Dilahirkan pada tahun 90
H. Beliau wafat pada tahun 180 H di Kufah. Masa muda Imam Hafsh dihabiskan
bersama gurunya yang sekaligus menjadi ayah tirinya, yaitu Imam ‘Ashim bin Abi
an-Nujud.
Pada Imam ‘Ashim, Imam Hafsh belajar ilmu qira’at. Selama berguru
pada Imam ‘Ashim, Imam Hafsh tidak hanya menghakhatamkan bacaan al-Qur’annya
dengan qira’at ‘Ashim satu kali, namun berkali-kali. Sehingga Hafsh sangat
mahir dengan qira’at ‘Ashim yang sekarang bacaan qira’at yang paling banyak
tersebar di seluruh dunia Islam, termasuk Indonesia
Imam Hafsh seorang yang sangat-sangat cinta pada al-Qur’an, beliau
menghabiskan umurnya untuk berkhidmah kepada al-Qur’an. Setelah menimba ilmu
pada Imam ‘Ashim, beliau berkelana ke beberapa negeri, antara lain, Baghdad dan
Mekah. Di kedua negeri tersebut Imam Hafsh mengajarkan dan berbagi ilmu yang
dimiliki. Beliau mengajarkan ilmu qira’at, khususnya riwayat ‘Ashim pada
penduduk negeri-negeri yang disinggahinya
Dalam penguasaan materi qira’at, Imam Hafsh adalah seorang yang tsiqah
(tepercaya) dan tsabt (mantap). Memperoleh bacaan qira’at dari Imam
‘Ashim secara talaqqi dan muraja’ah, sehingga riwayat qira’atnya
bersifat sima’i. Jadi sangat beralasan jika Yahya bin Ma’in, Imam
Dzahabi, serta Abu Hasyim ar-Rifa’i memberi penilaian bahwa riwayat yang shahih
dari Imam ‘Ashim adalah riwayat Imam Hafsh dan Imam Hafsh juga orang yang
paling mengetahui bacaan (qira’at) Imam ‘Ashim adalah Imam Hafsh.
Guru dan Murid Imam Hafsh
Imam Ibn al-Jazari
dalam kitabnya Ghayah an-Nihayah fi Thabaqat al-Qurra’ mengatakan tidak
ada guru Imam Hafsh hanyalah Imam ‘Ashim. Sedangkan murid-murid beliau tidak
terhitung banyaknya, karena beliau mengajarkan al-Qur’an dalam rentang waktu
yang sangat lama. Dianta murid Imam Hafsh adalah Husain bin Muhammad
al-Murudzi, Hamzah bin Qasim al-Ahwal, Sulaiman bin Abu Dawud az-Zahrani, Hamd
bin Abi Utsman ad-Daqqaq, dan lain-lain.
Sanad (Runtutan Periwayatan) Bacaan Imam Hafsh
Imam ‘Ashim menceritakan runtutan sanad qira’atnya ketika ditanya
oleh Imam Hafsh, kenapa bacaan Syu’bah banyak berbeda dengan bacaan dirinya,
padahal berguru pada orang yang sama, yaitu Imam ‘Ashim. Kemudian Imam ‘Ashim
menjawab: “Hasfh-‘Ashim dari Abu Abdurrahman as-Sulami dari Ali bin Abi Thalib
dari Nabi Muhammad saw. Sedangkan Syu’bah dari ‘Ashim dari Zirr bin Hubaisy
dari Abdullah bin Mas’ud dari Muhammad saw.
Dari runtutan
sanad tersebut terlihat bahwa murid dari Imam ‘Ashim tidak hanya Imam Hafsh,
tapi juga ada Imam Syu’bah (yang insyaAllah akan dibahas pada kesempatan
berikutnya)
Faktor Tersebarnya Qira’at Riwayat Imam Hafsh
Penyebab tersebarnya qira’at Imam Hafsh di dunia Islam sudah banyak
dibicarakan oleh komunitas al-Qur’an. Namun secara garis besar penulis
menyimpulkan hal yang mendasar yang menyebabkan tersebarnya qira’at Imam Hafsh
yaitu pertama, jika dilihat dari segi bacaan qira’atnya, riwayat
Imam Hafsh relatif mudah dibaca oleh orang non-Arab. Hal ini terlihat dari
tidak banyaknya bacaan imalah (secara bahasa berarti condong atau
memiringkan, secara istilah Imalah artinya memiringkan bacaaan fathah ke arah
bacaan kasrah) kecuali pada kata (مجراها) di surah Hud ayat 41. Dalam membaca mad muttashil dan
munfashil, bacaan riwayat Hafsh tidak terlalu panjang sebagaimana qira’at Warsy
dan Hamzah. Kedua, Imam Hafsh memiliki murid di berbagai tempat,
karena di sepanjang perjalanannya Imam Hafsh mengajarkan bacaan qira’atnya pada
penduduk setempat
Bahan Bacaan
Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Umulumul Qur’an, Jakarta:
Qaf Media, 2019
Muhammad Ali Mustofa Kamal al-Hafidz, Epistemologi Qira’at
al-Qur’an, Yogyakarta: Deepublish, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar