Selasa, 01 September 2020

Mengenal Nagham Al-Qur'an

 Sering sekali kita melihat para Qari dan Qariah melantunkan ayat suci al-Qur'an dengan indah dan merdu baik di video atau perlombaan MTQ. Keindahan dan kemerduannya membuat kita merasa tenang dan takjub bahkan ada yang ingin mempelajarinya setelah mendengarkan lantunan ayat yang dilantunkan Qari dan Qariah. Lantunan yang dibacakan oleh para Qari dan Qariah itu bukan sembarangan melagukan al-Qur'an saja, tetapi lantunan itu berdasarkan irama yang disebut nagham al-Qur'an. Nagham al-Qur'an juga merupakan salah satu seni dalam membaca al-Qur'an.


Secara etimologi Nagham berasal dari bahasa arab yakni dari kata naghama-yanghamu yang berarti bernyanyi, bersenandung, dan melagukan.  Istilah lain jika dirangkai dengan kata al-Qur’an maka memiliki arti membaguskan dan memperindah suara kita pada saat membaca al-Qur’an yang dengannya kita bisa menikmati makna yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri. Ahli pakar suara yang biasa disebut dzawil ashwat mengemukakan bahwa kata nagham adalah melagukan ayat suci al-Qur’an tanpa diiringi musik dan not balok sehingga kata ngaham i i dikhususkan untuk tazyin al-shaut bi tilawah (memperindah duara ketika membacanya). 


Kalau diperhatikan kembali, masyarakat Arab sebelum Islam hadir ditengah bangsa Arab, mereka telah mengenal seni musik dan sastra. Ketika Islam hadir, mereka yang memeluk agama Islam melantunkan al-Qur'an dengan irama yang indah  hingga itu menjadi cikal bakal irama atau nagham al-Qur’an. 


Sebagimana pada zamannya, Rasulullah SAW adalah seorang qari yang membaca al-Qur'an dengan suara indah dan merdu. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrasikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan surah Al-Fath Para sahabat juga memiliki minat yang besar terhadap ilmu nagham ini. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat sebagai qari, diantaranya adalah: Abdullah Ibnu Mas'ud dan Abu Musa Al Asy'ari. Pada periode tabi'in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari kenamaan. Sedangkan periode tabi' tabi'in dikenal nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman. 


 "Sungguh ia (Abu Musa) telah diberi keindahan suara sebagaimana keindahan suara keturunan Nabi Daud." (HR Bukhari 5048, Muslim 793).


Hadits diatas tentang Nabi pernah memuji seorang sahabat bernama Abu Musa karena indahnya bacaan al-Qur’an yang dilantunkan olehnya. Ini membuktikan juga bahwa Abu Musa menggunakan irama ketika membaca al-Qur’an. Ada pula riwayat bahwa Nabi Muhammad sering menggunakan irama ‘ajam atau jiharkah ketika shalat shubuh.


Nagham al-Qur'an mengalami perkembangan paling pesat di kawasan Teluk Persia, kemudian berkembang di Mesir. Lalu dengan keuletan dan keahliannya, para qari' Mesir memodernisasikan lagu-lagu tersebut yang kemudian banyak dijadikan pedoman oleh qurra' dunia. 


Berikut beberapa jenis nagham:

Bayyati

Hijaz

Nahawand

Rast

Jiharkah

Shoba

Sikkah 


Jika ditanya mengenai bagaimana hubungan nagham al-Qur’an dan tajwid  maka jawabannya adalah keduanya saling melengkapi karena membaca al-Qur’an dengan nagham pun harus menggunakan tajwid juga. Tidaklah benar bacaan seseorang jika membaca al-Qur’an tanpa menggunakan tajwid dan tidaklah indah lantunan ayat al-Qur’an bila tak menggunakan nagham.


Daftar Pustaka

1. Anwar, Shabri Shaleh dan Jamaluddin. 2020. Pendidikan Al-Qur’an: K.H. Bustani Ahmad. Indragiri Hilir: Indragiri Dot Com.

2. Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir; Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif.

3.  Muhaimin Zen dan Ahmad Mustafid. 2006. Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an – Pembinaan Qari’-Qri’ah dan Hafidz-Hafidzah. Jakarta: Jam’iyyatul Qura’ wal Huffaz.

4. Tolchah, Moch. 2016. Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.

5. Moersjied Qorie Indra. 2019. Seputar Nagham (Seni Baca al-Qur'an). Jakarta: Qaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar